top of page

EPISODE 1 BAGIAN KEDUA

Para orangtua sekalian, apakah sekarang ini kamu masih akan berkata kepada anakmu, “Kamu hanya perlu belajar, belajar dan belajar saja, pekerjaan rumah yang lainnya tidak perlu kamu kerjakan.” Maka kamu teruslah belajar, apakah setelah lulus universitas ada jaminan untuk kehidupan yang bahagia dan sempurna? Tidak ada hal semacam ini! Sekarang tidak ada, ke depannya juga tidak ada. Hari ini mereka telah lulus universitas, tetapi bila tidak dapat bertingkah laku seperti manusia, tidak bisa berhubungan dengan orang lain, kesempatan yang lebih baik juga akan terlewatkan dari hadapannya.


Kita memberitahukan anak untuk terus ujian, yang lainnya tidak perlu dikerjakan, maka anak kita akan kehilangan rasa tanggung jawabnya. Dia belajar demi apa? Demi harga diri siapakah ? Demi harga diri orangtuanya. Belajar yang seperti ini, dengan seorang anak yang memiliki rasa berbakti, pastilah tidak sama. Anak yang berbakti adalah ingin membuat hati orangtuanya tenang, berharap dikemudian hari orangtuanya akan ada kehidupan yang baik, sehingga dia tidak akan berhentinya meningkatkan perilaku moralitas dan kemampuannya sendiri, anak yang seperti ini barulah akan ada perkembangan yang besar.Teman-teman sekalian, pahamilah, pimpinan dan pengusaha yang benar-benar sukses, kebanyakan tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi.


Bersamaan dengan hal tersebut, kita harus berpikir dari sudut pandang yang lain. Pemilik usaha merasa tidak menemukan orang berpotensi, sebenarnya pemilik usaha memerlukan orang berpotensi yang bagaimana? Pertanyaan ini belum tentu harus ditanyakan kepada profesor, karena di dalam hati setiap orang ada jawabannya. Sepanjang jalan kehidupan manusia, kita juga melihat orang sukses yang tidak sedikit jumlahnya, juga ada orang yang gagal.Teman-teman sekalian, apakah kamu merasa orang yang sukses harus memiliki sifat-sifat seperti apa? (Jawab: Kejujuran, rasa tanggung jawab, kerendahan hati.) Apakah ada yang lainnya? (Jawab: Kepercayaan dan kesabaran.)


Baiklah, setelah mengetahui bahwa orang yang memiliki sifat-sifat ini barulah orang berpotensi yang sebenarnya, maka apakah kita telah mengajarkan anak untuk jujur?Banyak sekali orangtua yang merasa jujur itu penting. Tetapi di dalam hati berpikir, bila terlalu jujur, bagaimana jika ditindas di luar? Bila sangat rendah hati, bagaimana jika ditekan orang lain? Semua pertanyaan ini timbul karena kurangnya keyakinan dan kepercayaan diri. Sehingga keyakinan dan kepercayaan diri adalah unsur dasar fundamental.Pada puluhan tahun ini kebudayaan barat memperhatikan manajemen dan kualitas produk. Hal ini kita sebut dengan “Manajemen Kualitas Total”. Selama puluhan tahun ini menitikberatkan manajemen, asalkan membuat produk ini dengan bagus, sampai memiliki daya saing, sehingga mereka dapat duduk bersantai tanpa ada rasa kekhawatiran, dan mereka pun dapat fokus pada pembuatan produk yang bagus.


Oleh sebab itu, hampir dua dekade ini terjadi sejumlah masalah, sebagai contoh pada tahun 1995 di Inggris ada sebuah perbankan yang telah berdiri selama 200 tahun lebih yang bernama “Bank Barings”. Oleh karena seorang karyawan berkebangsaan Singapore melakukan penggelapan uang, maka jerih payah usaha 200 tahun lamanya sirna dalam waktu sekejap dan bangkrut.Teman-teman sekalian, pemikiran kebudayaan barat adalah segera menyelesaikan masalah yang timbul. Apakah masalah yang timbul itu mudah untuk menyelesaikannya? Tidak mudah. Sama seperti hari ini kita jatuh sakit, terserang penyakit kanker, mudahkah menanganinya? Tidak mudah. Meskipun teknologi ilmu pengetahuan barat sangatlah maju, akan tetapi masalah apa yang mereka tangani secara khusus? Gejala penyakit, contohnya penyakit kanker lambung, segera mengoperasi lambung. Apakah setelah operasi tidak ada masalah lagi? Untuk sementara tidak ada masalah. Setelah dua tahun, bagian tubuh yang lain bermasalah lagi. Tetapi cara kita menghadapi sel kanker hendaknya jangan penuh kebencian. Karena diri sendiri telah meremehkannya, sehingga sel kanker menyebar dengan sangat cepat. Siapa yang bertanggung jawab? Diri kita sendiri. Sebab selama sepuluh tahun sampai lima belas tahun lamanya kita tidak menjaga kesehatan sehingga tubuh akan semakin melemah. Dengan sendirinya sel kanker akan menyebar sangat cepat.


Sebenarnya tubuh kita tidaklah mudah terserang penyakit, karena sel tubuh memiliki kekebalan yang tinggi. Sehingga membuang sel kanker bukanlah menyelesaikan akar dari permasalahan. Bukan hanya tidak menyelesaikannya, malah akan menimbulkan efek samping. Sehingga banyak sekali orang yang sakit kanker, setelah menerima pengobatan barat, hari-harinya nanti akan sangat sulit dilewati. Menangani sel kanker semacam ini, buatlah sebuah perbandingan, sama seperti mengambil sekantong sampah dan meletakkannya di atas lantai, banyak sekali lalat yang menghampiri. Kamu sangat marah, mengapa begitu banyak lalat? Segera mengambil cairan pembunuh serangga dan membunuh mereka semua, masalah sudah terselesaikan. Namun setelah 10 menit, lalat kembali lagi.


Pemikiran orang sekarang adalah menghilangkan sebabnya. Sebagai contoh teman pria ini tidak baik, maka diganti. Teman wanita yang tidak baik, juga diganti. Apakah telah menyelesaikan masalah? Bukanlah teman pria yang tidak baik, juga bukanlah teman wanita yang tidak baik, tapi siapakah yang tidak baik? Diri kita sendiri saja tidak belajar untuk memaafkan dan memahami, tidak belajar mencintai dan melindungi orang lain. Dengan mengganti beberapa pasangan lagi juga tidak ada gunanya. Akar permasalahan tidak akan pernah terselesaikan.Sekarang ini kebudayaan barat telah menemukan sebuah faktor yang lebih mempengaruhi perusahaan dibandingkan membuat barang yang baik, yaitu perilaku moralitas karyawan.Tahun 2001, perusahaan ketujuh terbesar di dunia, Enron Group, beromzet ratusan miliar dolar pertahun. Namun akhirnya bangkrut dikarenakan dua eksekutif senior yang melakukan penggelapan. Jadi, rantai global yang penting di barat sekarang ini, tidak sedikit perusahaan yang menggalakkan “Etika Manajemen Total”, untuk meningkatkan unsur moralitas karyawan.Dengan berbuat seperti ini apakah dapat menyelesaikan masalah? Manusia sekarang ini memiliki persepsi yang salah. Orang asing juga sangat berani karena merasa uang adalah segalanya. Asalkan ber-uang maka dapat mengajarkan anak dengan benar, asalkan ber-uang maka dapat menyelesaikan masalah.


Pada tahun 2002 Amerika menitikberatkan pendidikan teori moralitas, dan melakukan pendanaan khusus, yang awalnya 250 juta berubah menjadi 750 juta, secara keseluruhannya naik menjadi tiga kali lipat. Apakah berguna? Bersamaan dengan itu mereka melakukan survei dengan angket terhadap 8.000 siswa SMA. Hasil angket tersebut 71% anak pernah melakukan kecurangan, 68% anak pernah memukul orang, 35% anak pernah mencuri barang di dalam mall.Di dalam angket tersebut ada sebuah pertanyaan, “Apakah kamu merasa moralitas kamu tinggi?” Sebanyak 96% murid SMA menjawab memiliki moralitas yang tinggi.Teman-teman sekalian, 71% pernah melakukan kecurangan, 68% pernah memukul orang, 35% pernah mencuri barang di mall. Akhirnya, kesimpulannya adalah 96% anak merasa moralitasnya tinggi. Sekumpulan anak ini, mengikuti standar siapa? Dirinya sendiri. Belajar dengan siapakah perilaku anak semacam ini? Bila pemimpin negaranya dengan tindakan cepat selalu menggerakan tentaranya untuk memukul orang, setelah selesai memukul berkata: “Anak-anak sekalian, kalian jangan sembarangan berantam dengan orang lain, harus memperhatikan pengajaran ini!” Apakah anak mau mendengarkan? Tidak mau mendengarkan.


Jadi pendidikan itu tidaklah berguna bila memiliki uang yang banyak, juga tidak bermanfaat hanya dengan berkata-kata saja, dan bukan juga dengan menceritakan buku etika yang banyak.

Yang paling penting, di dalam buku《Penjelasan Penulisan Kata / Shuō wén jiě zì / 说文解字》telah dititik-beratkan dan dijelaskan. Apa itu pendidikan / 教育 / Jiào Yù? “上所施 , 下所效/Shàng suǒ shī, xià suǒ xiào /Yang lebih tua memberikan teladan,...yang lebih muda meneladaninya,” disebut dengan PENGAJARAN /Jiào / 教 dan “养子使做善也/ Yǎng zǐ shǐ zuò shàn yě / mengajari anak berbuat kebajikan” disebut dengan PENDIDIKAN/ Yù / 育. Hanya dengan dua kalimat diatas, telah menjelaskan inti dari pendidikan.


Teman-teman sekalian, keyakinan diri kamu terhadap kebijaksanaan leluhur, sangat bergantung pada pemahaman kamu terhadap buku karya klasik. Jika kamu benar-benar menerima pelajaran, semakin membaca akan semakin mengaguminya.Jadi, hal yang paling penting dalam pendidikan, yang pertama, haruslah mengajarkan hal yang benar, “使做善也/ Shǐ zuò shàn yě / yaitu berbuat kebajikan”. Saat anak memiliki hati yang baik, maka dia memiliki perilaku yang baik, dengan sendirinya dia akan ada banyak sekali teman yang baik hati, kehidupan dia akan bahagia. Dan bagaimana kita mengajari anak berperilaku baik? Bukanlah menuntutnya untuk membaca banyak buku, melainkan haruslah terlebih dahulu menuntut diri sendiri untuk dapat melakukannya. Saat kita menunjukkan perilaku yang baik, tanpa disadari dengan sendirinya anak akan tergerak untuk berbuat kebajikan. Teman-teman sekalian, apakah kamu percaya perkataan ini? Bila kamu tidak merasakan apapun, maka kamu harus berpikir dengan tenang, apakah di sisi-mu ada orang baik, apakah ada sandiwara kehidupan yang membuat mu terharu.


Untuk bagian ini Guru Cai berani bertaruh dengan mu, karena “人之初, 性本善 / Rén zhī chū, xìng běn shàn /pada awalnya, sifat dasar manusia adalah baik”, asalkan ada orang yang memainkan peranan tersebut, pasti ada orang yang tergerak dan meneladaninya.Di Shēn zhèn / 深圳 ada seorang guru. Pada awalnya dia telah belajar filosofi hidup luhur untuk beberapa saat. Pada tahun itu tanggal 15 Maret, dia mengundang Guru Cai untuk memberikan pelajaran. Kemudian ada orang yang bertanya apa yang ingin disampaikan oleh guru, dia berkata kepada mereka Guru Cai akan membahas《Dì zǐ guī/弟子规》. Akhirnya mereka mengatakan: “Pembicaraan apa yang bagus dari《Dì zǐ guī/弟子规》? Bukankah itu pelajaran untuk anak anak? Mengapa tidak membahas《Lún yǔ / 论语》?” Akhirnya setelah selesai berbicara, dia tiba-tiba merasa banyak sekali teori landasan hidup sebagai manusia yang belum dipraktekkan, jadi dia memperbaiki perilakunya sendiri, dengan sangat serius mempelajari《Dì zǐ guī/弟子规》. Dia juga telah membaca begitu banyak buku kebijakan sebelum mempelajari《Dì zǐ guī/弟子规》dan merasa akar kebaikannya sendiri sungguh sangat mendalam, bahkan terkadang merasa sangat kagum pada diri sendiri. Akhirnya setelah mempelajari《Dì zǐ guī/弟子规》, untuk hal berbakti saja dia tidak menerapkannya, oleh sebab itu harus benar-benar mengintrospeksi diri.


bottom of page