top of page

EPISODE 5 BAGIAN KEDUA

  • Lao Shi Erina Wongso
  • Sep 25, 2017
  • 7 min read

Kemudian wanita itu benar-benar menikah dengan anggota keluarga di istana, dan menjadi kaya raya. Maka ia membawa ribuan uang ke kuil ini, untuk disumbangkan juga. Akhirnya biksu Fāng zhàng/ 方丈tidak keluar, membiarkan seorang muridnya keluar untuk membantunya berdoa’a dan melimpahkan jasa baginya. Wanita ini merasa sangat aneh, sebelumnya saya baru menyumbang dua sen, biksu Fāng zhàng/ 方丈 sendiri yang langsung membantu saya bertobat dan didoakan. Tetapi sekarang menyumbang ribuan, ternyata hanya menyuruh muridnya keluar. Wanita ini juga sangat berkebijaksanaan, dia mengerti untuk berkonsultasi, memperjelas masalah.

Setelah hal itu dia langsung berinisiatif mencari biksu Fāng zhàng/ 方丈untuk bertanya. Biksu Fāng zhàng/ 方丈memberitahukannya: “Uang dua sen kamu itu menunjukkan ketulusan hatimu. Jika saya tidak keluar membantu, saya merasa bersalah padamu. Kali ini meskipun kamu membawa ribuan, tetapi hati kamu sudah tidak begitu bersungguh-sungguh seperti waktu itu. Jadi saya menyuruh murid saya saja sudah cukup.” Jadi ladang kebahagiaan seseorang, sumbernya masih terletak pada niatnya. Asalkan kita mempunyai niat ini, sering menyumbang kekayaan untuk memberi dan membantu kepada orang lain, berkah baik kita akan terus diakumulasikan.


Setelah kita memiliki pengetahuan/persepsi yang benar terhadap masalah keuangan, maka tidak akan khawatir mendapatkan dan takut kehilangan. Melihat orang lain mendapatkan uang yang sangat banyak, maka tidak akan terasa tidak nyaman. Kita dengan kukuh membina dalam hal bersumbang, hasil dan akibatnya akan muncul secara alami/menuai hasilnya. Masalah keuangan telah diselesaikan. Selanjutnya adalah masalah mendidik anak, suami istri harus mendapatkan kesepakatan. Pendidikan anak diutamakan pengajaran menjadi teladan yang baik, memberikan contoh dengan keteladanannya sendiri. Seperti yang dikatakan di zaman dahulu yaitu “三从四德 /Sān cóng sì dé, yang artinya 3 hal yang harus ditaati wanita dan 4 kebajikan moral wanita”. 三从/ Sān cóng adalah:

  1. Cóng fù/ 从父 /patuh terhadap orangtua

  2. Cóng fù/ 从夫 /patuh pada suami

  3. Cóng zǐ/ 从子 /patuh pada anak bila suami telah meninggal.

Sì dé/四德/4 moral adalah Fù dé/妇德/moral wanita, Fù róng/妇容/ penampilan wanita, Fù yǔ/妇语/tutur kata wanita, Fù gōng/ 妇功 /pengabdian/jasa wanita. Fū yì fù tīng/ 夫义妇听 /suami adil dan benar, maka istri akan mentaati, adalah syarat terhadap pasangan suami dan istri. Sebagai seorang suami harus ada rasa berterima kasih, harus ada rasa cinta dan kasih sayang, harus ada moralitas dan keadilan. Dengan seperti ini akan memberikan contoh yang baik kepada anak. Terhadap orangtua sendiri harus ada rasa berterima kasih, maka anak juga mengerti untuk berbakti kepada orangtua. Terhadap istri harus ada rasa cinta dan kasih sayang, istri ikut bekerja keras bersama kita. Mengurus keluarga ini sangatlah tidak mudah, maka harus setiap saat mengingat budi dan jasa dari istri.


Di antaranya ada sebuah jasa baik istri yang dalam seumur hidup kita juga tidak dapat dibalas, yaitu membantu kita memberikan keturunan. Misi ini sangatlah penting dan berat, tidak ada orang yang dapat menggantikan, kita harus bersyukur. Sehingga sebagai suami, setiap kali teringat istri membantu memberikan keturunan, setiap kali mengingat jasa baik ini di dalam hati, apakah hubungan suami istri akan tidak baik? Tidak mungkin! Kemudian terhadap anak harus ada “kebenaran moralitas/keadilan”, harus mengajari anak dengan baik. Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban sebagai orangtua. Istri harus memiliki “Sì dé/ 四德 /4 kebajikan moral wanita”, yaitu Fù dé/ 妇德 /moral wanita, Fù róng/ 妇容 / penampilan wanita, Fù yǔ/ 妇语 /tutur kata wanita, dan Fù gōng/ 妇功 /keterampilan wanita. Istri harus mempunyai perilaku moralitas, bila tidak akan membuat keluarga sangat tidak tentram dan berantakan. Tadinya keluarganya masih baik-baik saja, setelah menikah membuat keluarga pasangan menjadi kacau dan berantakan. Jadi “moralitas” sangat penting. Oleh karena itu, putra yang berbakti tidak dapat dibandingkan dengan menantu yang berbakti. Orang zaman dulu mengatakan menikah dengan istri yang baik, keluarga dapat makmur selama tiga generasi. Maka bila menikahi seorang istri yang tidak baik, keluarga akan bagaimana? Akan gagal tiga generasi.


Jadi standar yang pertama dalam menikahi istri adalah apa? Perilaku moralitas. Menikahi istri harus menikahi moralnya. Sekarang ini apakah pria yang mempunyai pengetahuan seperti ini banyak? Tidak banyak. Kita harus mendidik anak, nantinya dalam mencari pasangan harus mengutamakan kebajikan, harus mempunyai Fù dé/ 妇德 /moral wanita. Yang utama adalah Fù dé/ 妇德 /moral wanita. Tutur kata dan perilaku ibu terhadap anak mempunyai pengaruh yang secara tidak sadar akan mempengaruhi anak. Ibu Guru Cai sering kali mengatai ayah Guru Cai, ”Kamu memang berhati lembut.” Setelah itu berkata lagi, ”Kalian semua juga sama.” Sebenarnya sedang membicarakan tentang ayah, sampai akhirnya kami semua juga dibicarakan olehnya. Saat ini Guru Cai menambah satu kalimat, ”Bukankah ibu juga sama.” Guru Cai ingat sewaktu kecil saat pulang ke rumah nenek, dengan menggunakan jasa taksi. Keahlian mengemudi sopir taksi itu kurang baik. Saat berjalan di jalan yang kecil, salah satu ban mobilnya masuk ke dalam parit. Ketika jatuh, karena knalpotnya menabrak semen maka knalpotnya pun menjadi longgar sehingga sisa perjalanan terdengar suara “klok! klok! klok! klok!” dari knalpotnya sampai tiba di rumah nenek Guru Cai. Lalu ibu Guru Cai memberikan ongkos taksi kepadanya, selain itu juga memberikan lima ratus dollar tambahan kepadanya.


Saat itu Guru Cai masih kecil. Saat ibunya mengeluarkan uang, apakah beliau ada memberitahukan apa yang sedang dilakukan? Beliau tidak memberitahukan, bahkan tidak tahu putranya sedang melihat. Tetapi di dalam hati Guru Cai sangat paham, ibunya merasa mereka adalah orang yang membanting tulang untuk mencari nafkah, sangatlah susah, biaya perbaikan mobil pasti akan menjadi beban keluarganya. Sedangkan kehidupan keluarga Guru Cai lebih mampu, dapat memberikan sedikit bantuan padanya. Kelakuan ibunya itu membuat dirinya sangat tersentuh, akhirnya saat Guru Cai memberi pelajaran tiba-tiba teringat akan adegan itu, maka menelepon ibunya untuk membicarakan masalah ini. Bagaimana reaksi beliau? Ibunya sejak awal sudah melupakan kejadian ini. Jadi “Fù dé/ 妇德 /wanita bermoralitas” benar benar dalam perkataan dan perbuatannya dapat mempengaruhi anak-anaknya secara tidak sadar. Selanjutnya, Fù yǔ/ 妇语 / tutur kata wanita. Tutur kata ibu sejak kapan mulai mempengaruhi anak kecil? Diajarkan mulai dari kandungan. Bila tutur kata ibu sangat lemah lembut, maka perasaan anak di dalam kandungan akan sangat nyaman. Jika ibunya bersuara lantang, tutur katanya sangat kasar dan tidak berperasaan, anak ini sudah mulai belajar dari dalam kandungan. Guru Cai sering kali pergi ke rumah teman, merasa mereka berbicara di rumah seperti sedang bertengkar, suaranya sangatlah keras. Itu adalah suatu kebiasaan. Jadi berbicara yang terlalu keras, ketus dan tidak berperasaan, anak kamu akan mempelajarinya. Bila tutur kata kita sangat lembut, dapat mentoleransi orang lain, maka anak akan mendapatkan pengaruh yang baik.


Guru Cai memikirkan kembali, selama ini orangtuanya tidak pernah bercerita tentang keburukan teman mereka di hadapan anak-anaknya, ini sangat penting! Saat orangtua di hadapan anak menceritakan keburukan orang ini dan keburukan orang itu, maka apa yang telah dipelajari oleh anakmu? Selalu belajar untuk melihat keburukan orang. Setiap saat mengkritik, akan menjadi sangat sombong. Jadi, tutur kata kita juga harus berhati-hati. Selanjutnya, Fù gōng/ 妇功 / keterampilan wanita. Wanita zaman dulu dapat merajut baju, dapat melakukan banyak pekerjaan rumah. Ini disebut “keterampilan seorang wanita”. Wanita zaman sekarang apakah masih perlu merajut atau yang lainnya? Tidak perlu, karena industri tekstil sekarang ini telah lebih berkembang. Kondisi keluarga zaman dulu dengan zaman sekarang tidak sama, tetapi seorang ibu dapat menjaga keluarga dengan baik, masih harus memiliki banyak kemampuan yang handal. Misalnya ingin merapikan dan membersihkan rumah. Anak tumbuh di lingkungan yang rapih dan bersih, dalam keadaan tidak sadar dia akan merasa barang-barang seharusnya dibersihkan, dan ditempatkan dengan rapi. Bila melihat barang yang diletakkan sembarangan, dengan sendirinya akan merapikan kembali. Selain merapikan rumah, juga harus bisa memasak makanan karena bila anak dan suami semuanya makan di luar, sangat jarang berkumpul, suasana keluarga menjadi tidak harmonis. Makanan di luar juga berminyak dan asin, sehingga sekarang ini banyak sekali penderita penyakit jantung (kardiovaskular). Seorang istri yang baik harus dapat sering memasak sayur-sayuran yang tidak terlalu berminyak, agar keluarga senang untuk makan di rumah. Teringat saat Guru Cai masih kecil, dan ada lagi sebuah slogan yang sangat baik disebut “ayah pulang ke rumah makan malam”, maka ada suasana keluarga yang sangat baik.


Selanjutnya, Fù róng/妇容/penampilan wanita. Wajah seorang wanita, tentunya bukanlah harus didandan sama seperti di hari pernikahan. Penampilan wanita menandakan rasa sopan dan tenang/bermartabat, sangat sederhana. Tidak boleh setelah melahirkan anak, kemudian tidak mengurus dan merawat diri sendiri. Banyak sekali wanita yang setelah melahirkan anak, merasa dirinya ditakdirkan untuk menjadi seperti seorang babu, sehingga terkesan acak-acakan, kotor. Kemungkinan setelah suami masuk ke dalam rumah akan terkejut, kemudian segera berlari keluar lagi. Seperti ini tidaklah baik. Harus membuat suami merasa senang melihatnya. Dan penampilan kamu yang anggun telah memberikan contoh baik untuk siapa? Anak. Jadi, penampilan seorang wanita juga sangat penting. Ketika suami dan istri dapat memperbaiki perilaku dan tutur kata dengan benar, itu pasti akan mendidik dan mengajari anak dengan baik. Sekarang ini dikatakan pria dan wanita setara. Jadi “Sì dé/ 四德 /4 kebajikan moral” ini, wanita perlu, pria juga perlu! Suami juga harus bermoralitas. Dalam berbicara harus mengerti untuk bertutur kata dengan lembut dan tidak kasar, dapat sering untuk berkata-kata baik, memberikan contoh yang baik pada anak.


“Fū dé/ 夫德 /keterampilan pria”, pria yang tidak memiliki keterampilan manalah boleh, mau bagaimana mempertahankan keluarga! Selanjutnya, “Fū róng/ 夫容/penampilan seorang pria”, kamu sebagai ayah sembarangan berpakaian di dalam rumah, memberikan pengaruh yang tidak baik kepada anak. Dan ada lagi saat ayah duduk kakinya diangkat ke atas meja. Ini juga adalah sikap seorang pria. Apa yang dipelajari anak? Jadi, kita harus setiap saat mengingatkan diri sendiri untuk memberikan teladan yang baik pada anak, menjadikan diri sendiri sebagai teladan sangatlah penting. Selanjutnya, mengajari anak harus menggunakan kemurahan hati dan kewibawaan yang dijalankan secara bersamaan. Dengan kata lain, yaitu ada orang yang harus memerankan orang jahat, ada orang yang memerankan orang baik. Leluhur mengatakan ajaran Zhōng yōng/ 中庸, tidak boleh terlalu berlebihan, juga tidak terlalu kekurangan. Bila hanya ada kemurahan hati, sangat baik sekali terhadap anak, dia akan bagaimana? Dia tidak takut pada orangtua, akan melangkahi orang tuanya. Bila hanya ada kewibawaan, terhadap anak sangatlah galak, anak dengan orang tuanya akan merasa ada jarak. Oleh karena itu kemurahan hati dan kewibawaan harus dikuasai dengan benar. Saat keponakan Guru Cai lahir, kebanyakan waktunya ada di rumah Guru Cai, karena kakak iparnya lebih sibuk bekerja. Saat di rumah, Guru Cai juga mempunyai bagian tanggung jawab untuk mendidik keponakannya. Kalian lihatlah Guru Cai lebih cocok memerankan orang jahat atau orang baik? (Jawab: orang jahat). Teringat saat Guru Cai mengajar di tahun pertama, ada satu kali murid tidak mengikuti aturan, Guru Cai menegur mereka. Dari lantai dua berjalan ke kantor lantai satu, rekan kerja seluruh sekolah semuanya melihat beliau, berkata: “Kamu juga bisa marah?” Mereka sangatlah terkejut.


Sebenarnya saat seharusnya marah dan bila tidak marah, maka tidak akan mengajar murid dengan baik. Kita marah adalah agar anak merasa sadar, lain kali tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Kehidupan manusia seperti sandiwara, bagaimana seharusnya memerankan, maka harus dimainkan dengan benar. Jadi, terhadap keponakannya ini Guru Cai adalah orang jahat. Ibunya adalah orang baik. Orang jahat dan orang baik harus bekerja sama dengan baik. Ada satu tahun di malam Imlek, semuanya makan di rumah Guru Cai. Keponakannya memegang sumpit dengan cara memegang bagian bawah, di mana bagian tersebut untuk mengambil sayur. Maka Guru Cai berkata padanya: “Wěi wěi/ 伟伟, memegang seperti ini akan ada kuman. Kamu memegang sumpit seharusnya memegang bagian atasnya.”


 
 
 

Copyright @ DiziguiMedan

2017

bottom of page