top of page

EPISODE 5 BAGIAN KETIGA

  • Lao Shi Erina Wongso
  • Sep 25, 2017
  • 8 min read

Dia menatap Guru Cai, lalu memegang lagi ke arah bawah. Guru Cai dengan sabar, berkata: “Memegang seperti ini akan ada kuman, jadi seharusnya kamu memegang ke atas.” Dia menatap lagi, walaupun dia tidak bicara. Apakah kamu tahu apa artinya? “Saya ingin melihat sampai mana batas kesabaranmu.” Banyak sekali anak akan menjelajahi batas kesabaran orangtuanya. Bila orangtua terhadap anak terlalu membiarkan meminta semaunya, maka akan terus menerus kalah dan mundur. Anak akan menggunakan emosional untuk mengancammu. Guru Cai telah menasehati tiga kali dan merasa tidak ada gunanya, segera menggendong dan berjalan menuju ke arah kamar. Mengapa harus berjalan ke arah kamar ? Harus memutuskan semua bala bantuannya, dia barulah tahu bahwa situasi sudah tidak baik. Ketika Guru Cai menggendongnya, Neneknya segera berkata: ”Sudah mau tahun baru, jangan dipukuli lagi!” Harus dipukul atau tidak? Mana ada kesalahan yang dilakukan di tahun baru tidak perlu dihukum? Anak yang seperti ini tidak akan tahu di manakah peraturan itu berada!


Sekarang ini banyak sekali orangtua, setiap hari Sabtu dan Minggu tidur sampai siang hari. Selama lima hari anak hidup dengan normal, hari Sabtu dan Minggu tidak normal. Kehidupan dia akan mengalami kekacauan, tidak ada kedisiplinan lagi. Saat bersekolah di hari Senin, bagaimana ekspresi murid? Malas-malasan. Jadi, peraturan tidak boleh ada perubahan dalam situasi apapun. Bila tidak anak pasti akan makan enak dan malas bekerja, pasti akan menuju ke arah bermain-main. Guru Cai memberitahukan kepada kakaknya, meskipun membawa dia keluar mendaki gunung, bermain-main keluar selama beberapa hari, setiap hari juga harus menghafal karya klasik yang seharusnya dihafal dengan baik. Dengan seperti ini anak akan memahami, tidak peduli di dalam rumah ataupun di luar, tanggung jawab pembelajaran sendiri harus diselesaikan. Saat prinsip kamu semakin jelas, dia akan semakin merasa ini adalah tugasnya, hatinya akan semakin tidak merasa merupakan sebuah kebetulan. Prinsip ini harus dipegang dengan erat. Saat Guru Cai menggendongnya ke dalam kamar, saat inilah paling penting agar membuat dia mengetahui dirinya sendiri telah bersalah, dan bukanlah kita suka menghukum anak kecil. Maka Guru Cai memberitahukannya: “Kamu terus menangis tidak apa-apa, semakin kuat kamu menangis, paman akan menghukummu semakin berat.”


Kamu berkata seperti ini, kemungkinan dia akan menangis semakin keras, maka kamu segera memukulnya sekali. Sebenarnya keponakan Guru Cai saat itu masih menggunakan popok, sebenarnya sama sekali tidak sakit, hanya karena sikap yang lebih galak membuatnya terkejut. Lalu kamu katakan padanya lagi, dengan emosi pasti tidak mungkin bisa mencapai tujuannya, kamu menangis sampai bagaimanapun juga tidak akan ada gunanya. Saat kamu sangat tegas, dia akan mengerti dengan cara yang seperti ini pastilah tidak akan tercapai tujuannya, maka dia akan berhenti menangis. Ketika dia berhenti menangis lagi, maka kita harus katakan padanya tentang prinsip kebenaran, “Paman mengajari kamu seperti ini adalah demi kebaikanmu. Kamu seharusnya menerima nasihat orang tua.” Dari sangat galak berubah menjadi sangat baik lembut dan penuh kasih sayang. Setelah selesai bicara padanya, Guru Cai langsung keluar. Setelah orang jahat selesai diperankan, orang baik harus beraksi. Sehingga kakak Guru Cai berjalan ke sana. Setelah berjalan masuk, anaknya segera datang menghampiri dan memeluk ibunya dengan manja. Kakak Guru Cai mendorongnya dan berkata: ”Barusan kamu melakukan kesalahan apa? Katakan sendiri!”


Anak tidak bicara, memeluk lagi. Dia tetap sangat bertahan, berkata kepada putranya: ”Barusan melakukan kesalahan apa? Katakan sendiri!” Agar ingatannya bukanlah berhenti pada hukuman paman terhadapnya, melainkan berhenti pada kesalahan apa yang telah dilakukannya sendiri.

Menunggu setelah dia selesai bicara, maka kakak Guru Cai berkata kepada anaknya: “Pergi meminta maaf kepada paman.” Dia jugalah yang datang meminta maaf pada Guru Cai. Ini adalah telah melakukan kesempatan dalam mendidik. Banyak sekali orangtua yang mendidik anak hanya siap menghukum, siap melampiaskan emosi, mereka tidak melakukan tindakan sentuhan akhir, sehingga di dalam ingatan anak merasa emosional ayah dan ibu sangat tidak baik. Jadi kemurahan hati dan kewibawaan digunakan bersamaan, kerja sama antara peran orang jahat dan orang baik harus bersungguh-sungguh.


Apakah sekarang ada orang yang mau memerankan orang jahat? Maukah ayah yang sekarang memerankan orang jahat? Tidak mau! Mengapa? Karena mereka sangat sibuk bekerja, merasa bersalah pada anak. Sangat jarang dapat bergaul dengan anak, selalu berharap dapat melihat wajah tersenyum anak, sehingga setiap kali mereka pulang selalu membawa hadiah. Tidak memerankan orang jahat, selalu memerankan orang baik, kemudian anak berlari kemari dan berkata: “Ayah kamu sungguh baik!” Segera membawa pergi hadiahnya. Setelah seperti ini selama dua tiga bulan, anak berlari kemari dan berteriak “ayah”. Dia bukan melihatmu, melainkan melihat hadiah, setelah diambil langsung pergi. Tiba-tiba suatu hari kamu pulang tanpa membawa hadiah, dia berkata: “Ayah, mengapa kamu pulang dengan seperti ini?”


Artinya, tidak boleh menggunakan materi untuk membangun hubungan antara ayah dan anak. Seperti ini sangat tidak baik. Seharusnya menggunakan rasa cinta dan perhatian kamu untuk membangun hubungan ayah dan anak. Ayah tidak mau memerankan orang jahat, siapa yang memerankan? Ibu yang memerankan. Sifat alami wanita adalah lebih mempunyai rasa cinta, sangat perhatian pada anak, sehingga mereka paling alami dalam memerankan orang baik. Tetapi sekarang ini tidak hanya harus memerankan orang baik, juga harus memerankan orang jahat. Banyak sekali wanita yang setelah selesai memainkan peran orang jahat dengan anak, di dalam hatinya sendiri akan merasa sangat menderita. Dan baru saja selesai memerankan orang jahat, kemungkinan sebentar saja sudah harus berubah menjadi orang baik lagi, mudahkan diperankan? Tidak mudah. Baru saja selesai marah, lalu harus penuh dengan kasih sayang pada anak lagi. Sehingga penyakit wanita yang paling parah sekarang ini disebut gangguan keseimbangan hormon. Sering kali harus memerankan orang jahat, sebentar saja berubah menjadi orang baik lagi, beban jasmani dan rohani wanita sangat besar.


Karena pria bersifat keras, wanita bersifat lembut, lebih baik suami yang memerankan orang jahat, lebih cocok. Dengan seperti ini anak barulah tidak mudah untuk mengulanginya kembali. Guru Cai teringat masa kecilnya, asalkan ayahnya melototi mereka sebentar, mereka akan segera mengerti untuk menahan diri. Bagi seorang ayah, karena lebih sibuk bekerja, jadi waktu menemani anak bukanlah harus memiliki waktu yang lama, yang paling penting adalah apakah kamu mempunyai niat untuk ini. Bila setiap hari kamu meluangkan waktu 10 menit, dalam 10 menit ini tidak ada telepon genggam dan harus dimatikan. Dalam waktu ini adalah waktu kamu berhubungan dengan anak kamu, kamu mengeluarkan buku kebijaksanaan, membacakan《cerita pendidikan moralitas/ Dé yù gù shì / 德育故事》, setiap hari menceritakan dua bagian untuknya.

Kamu terus-menerus melakukan hal ini, anak akan merasa kamu sangat mempedulikannya. Setelah dia selesai mendengar cerita, di sekolah akan berkata kepada teman-teman sekolahnya: “Setiap hari ayah saya selalu menceritakan dua cerita kepada saya.” Teman-teman sekolahnya akan menunjukkan pandangan yang kagum, kemudian dia akan berkata: “Sini, saya beritahukan kedua cerita ini kepada kalian.” Dengan seperti ini maka bersamaan juga telah melatih dia untuk berbagi cerita-cerita orang bijak ini kepada orang lain. Jadi, yang paling penting adalah kamu mempunyai niat ini, dapat mendidik anak dengan benar. Yang dibicarakan di atas adalah hubungan suami istri. Dalam hubungan kelima manusia hubungan suami istrilah yang paling penting. Suami istri benar, maka kelima hubungan akan benar.


Jadi, mendalami satu bagian pelajaran secara mendalam《Yī mén shēn rù / 一门深入》bagian pelajaran ini telah mencakup rangkuman ajaran moralitas, dan juga《Dì zǐ guī/弟子规》 adalah rangkuman ajaran moralitas. Jadi kita mulai belajar dari《Dì zǐ guī/弟子规》dan mendalami bagian ini. Bagaimana mendalaminya? Mendalami harus melakukan “Jiě xíng xiāng yìng / 解行相应 / sampai pemahaman dan penerapannya harus saling sejalan ”. Setelah memahami, maka harus dipraktikkan. Dengan mempraktikan akan membantu kamu semakin memahami secara mendalam akan prinsip kebenaran. Semakin diterapkan, semakin memahaminya. Semakin memahami maka pelaksanaan akan semakin kukuh; pemahaman membantu pelaksanaan, pelaksanaan juga membantu pemahaman. Jadi, setiap kalimat yang kita pelajari, harus mengerti untuk segera dipraktikkan “Cháng shí xūn xiū/ 长时熏修 /pembinaan secara jangka panjang”. “Jangka panjang” adalah menunjuk pada setiap saat. Guru Cai sering kali akan berkata kepada banyak teman-teman, asalkan secara terus menerus dan tidak putus, setiap pagi dan malam membaca《Dì zǐ guī / 弟子规》sekali, dijamin setelah tiga bulan, pengetahuan ajaran moralitas akan ada kemajuan yang sangat besar.


Saat Guru Cai di Hǎi kǒu/ 海口, ada seorang guru yang benar-benar telah berhasil melaksanakannya. Saat pertama kali guru ini datang belajar, Guru Cai sangat terkesan, yaitu pada festival tahun lalu. Saat dia mendengar pelajaran sangatlah seksama. Saat Guru Cai banyak sekali bercerita kebijakan, dia dengan semangat mengambil pensil untuk mencatatnya. Dia telah belajar selama tiga bulan lebih, maka berjalan ke arah depan dan berkata kepada Guru Cai: “Guru, pengajaran kebijakan yang begitu bagusnya, tidak boleh hanya keluarga saya sendiri yang mendapatkan manfaat baik. Saya berharap dapat kembali ke kampung halamanku sendiri untuk mengajarkan《Dì zǐ guī /弟子规》.” Karena dia bertekad, dalam waktu panjang tidak terputus, pagi dan malam membaca satu kali, sehingga peningkatannya sangatlah cepat. Saat pagi hari membaca, mengingatkan diri sendiri. Hari ini harus dapat melakukan pengajaran yang di dalam buku《Dì zǐ guī/弟子规》. Saat membaca di malam hari, mengintropeksi diri sejenak, yang mana yang telah dilakukan, memberikan sedikit dukungan pada diri sendiri, apa yang belum dilakukan, harus lebih mawas diri, di kemudian hari tidak akan mengulangi dan melanggarnya. Dengan seperti ini akan mendapatkan hasil yang sangat baik.


“修是修正 /Xiū shì xiū zhèng”, yang artinya memperbaiki dari yang salah ke yang benar dimulai dari pemikiran, pandangan, ucapan dan perbuatan, setiap saat mengintropeksi diri sendiri untuk memperbaikinya. Perbaikan adalah setiap saat kamu berhubungan dengan orang lain sudah harus dilakukan perbaikan. Tidak boleh saat kesalahan telah terjadi barulah melakukan perbaikan. Ada seorang teman yang berbagi dengan Guru Cai, dia mengatakan yang paling sulit diperbaikinya adalah “kelemahan seseorang jangan di ungkapan ”. Karena selama puluhan tahun telah terbiasa bergosip, sehingga diapun sangat berusaha keras, pagi dan malam membaca Dì zǐ guī /弟子规 sekali. Kemudian setiap kali dia akan menggosipkan orang lain, tiba-tiba kalimat dari《Dì zǐ guī /弟子规》”Rén yǒu duǎn/ 人有短 /kelemahan seseorang, Qiè mò jiē/ 切莫揭 /jangan di ungkapkan” masuk ke dalam otak besarnya, mulutnya segera menutup. Ini disebut perbaikan perilaku, tidak berhentinya memperbaiki pemikiran, pandangan, ucapan dan perbuatan sendiri. Kita telah menyebutkan seluruh perilaku pembelajaran :

  1. Harus menentukan tekad;

  2. Harus melaksanakan;

  3. Harus menanamkan akar dan fondasi ajaran moralitas terlebih dahulu, kemudian barulah membaca karya klasik yang lain;

  4. Dalam belajar harus dapat mendalami satu pembelajaran secara mendalam, pembinaan secara jangka panjang.

Setelah kita memiliki perilaku yang benar, selanjutnya kita memasuki pembelajaran《Dì zǐ guī /弟子规》. Sebagian orang setelah mendengar “Dì zǐ/ 弟子/murid” ada pemahaman yang salah, merasa adalah pelajaran anak-anak. Sebenarnya “Dì zǐ/弟子/murid” ini bukanlah menunjuk pada anak kecil, murid-murid orang bijak semuanya disebut murid. “规/Guī/aturan” juga merupakan kata kesatuan. Di bagian kiri tulisan ada huruf “Fū/夫/pria”, di sebelah kanannya huruf “Jiàn/ 见 /pandangan”, yang disebut pandangan seorang pria sejati. Tentunya pandangan pria sejati pasti harus mengikuti pengajaran kebijakan, yaitu juga mengikuti teori kebenaran manusia dalam menghadapi hal dan manusia .


Kita harus terlebih dulu mempelajari《Dì zǐ guī /弟子规》barulah dapat mengajari anak dengan baik. “Jiào ér jiào nǚ xiān jiào jǐ/ 教儿教女先教己 / mengajari putra dan putri harus mengajari diri sendiri terlebih dahulu”, ingin mengajari putra dan putri dengan baik, harus meningkatkan diri sendiri terlebih dahulu. Kita sendiri belajar dengan baik terlebih dulu, dengan seperti ini barulah dapat melakukan pengajaran dengan keteladanan.

Kita bersama-sama membaca sekali: Zǒng xù/ 总叙 /rangkuman《Dì zǐ guī /弟子规》ini adalah pedoman untuk menjadi anak berbudi, Shèng rén xùn/ 聖人訓 /berdasarkan nasihat orang orang suci.

  • Shǒu xiào tì/ 首孝悌 /pertama bakti pada orang tua dan menyanyangi saudara.

  • Cì jǐn xìn/ 次謹信 /kedua mawas diri, tepati janji.

  • Fàn ài zhòng/ 汎爱众 /cinta sesama tanpa batas

  • Ér qīn rén/ 而亲仁 /dekati orang suci bersikap santun dan patuhi orang bijaksana

  • Yǒu yú lì/ 有余力 /terapkan itu selalu, dan bila masih ada kesempatan

  • Zé xué wén/ 则学文 /tekuni ilmu dan perluas wawasan .

Teman-teman sekalian, bila kamu pulang dan duduk di meja belajar dan membaca dengan begitu bersemangat, pasti akan membuat anakmu kagum padamu. Semangat pembelajaran kamu akan membuat anakmu tersentuh.


 
 
 

Copyright @ DiziguiMedan

2017

bottom of page