top of page

EPISODE 3 BAGIAN KETIGA

  • Lao Shi Erina Wongso
  • Sep 25, 2017
  • 7 min read

Jadi teman-teman sekalian, “Wèi wǎng shèng jì jué xué/ 为往圣继绝学/Demi orang bijak dahulu, mewarisi dan belajar ajaran luhurnya” tentunya bukanlah hal yang tidak dapat dicapai. Yang paling penting adalah apakah pemikiran kita ini dikeluarkan dengan sungguh-sungguh! Kita harus bertekad “jì jué xué/ 继绝学 mewariskan dan belajar ajaran luhur”, tentunya harus dimulai dari orang yang paling dekat denganmu. Kita menjadi contohnya, sehingga kita dapat bertekad menjadi contoh baik untuk anak.Teman-teman sekalian, setelah tekad ini benar-benar kamu tegakkan, dijamin pada waktu berikutnya kamu akan berubah menjadi seseorang yang lain, karena di permulaan tutur kata kamu akan berubah menjadi sangat berhati-hati. “Jiān qiǎo yǔ, huì wū cí/ 奸巧语,秽污词 / perkataan yang menipu, perkataan yang kotor” telah dikatakan, maka bukanlah merupakan contoh baik untuk anak-anak. Di keluarga bertekad untuk menjadi orangtua yang baik, di perusahaan bertekad untuk menjadi seorang pemimpin dan rekan kerja yang baik, di dalam masyarakat bertekad untuk menjadi rakyat yang baik.


Ada seorang guru kami yang naik bus umum, melihat seorang senior naik, dia segera berdiri, dan mempersilahkannya untuk duduk. Akhirnya setelah teladan ini dilakukan, berturut-turut ada 4 orang yang memberikan tempat duduk. Setelah dia melihatnya sangatlah terharu, air matanya hampir mengalir. Ini juga membuktikan setiap orang mempunyai sifat dasar yang baik.

Jadi, saat kita mempunyai tekad untuk memperbaiki suasana masyarakat menjadi baik, percayalah setiap tutur kata dan perilakumu akan sangat berhati-hati dan bersungguh-sungguh, dapat mengontrol diri sendiri. Ajaran moralitas dan pengetahuan kita juga karena tekadmu yang tidak terputus dan tidak berhenti akan mengalami peningkatan.


Di Shēn zhèn / 深圳 kami menghadapi anak-anak yang berusia 5 atau 6 tahun. Kami menanyakan pada mereka untuk apa harus belajar, jawabannya sangat standar, “Yào zuò shèng rén/ 要做圣人/mau menjadi orang mulia”. Jika tidak menjadi orang mulia, untuk apa belajar! 6 atau 7 orang murid yang dari luar kembali ke taman sekolah mereka, sepanjang jalan berebutan untuk memungut sampah. Mereka melihat sampah seperti melihat sesuatu yang berharga, merasa dirinya dapat berkontribusi pada masyarakat.Ada sekali di jalan bertemu dengan murid-murid menengah pertama yang telah selesai belajar. Di tangan murid-murid menengah pertama ini memegang es krim, dan juga ada makanan lainnya. Sambil makan dan sambil buang. Tiba-tiba melihat sekumpulan anak sedang memungut sampah, sebenarnya mereka masih ingin membuang sampah, tiba tiba berhenti, dan tidak jadi dibuang. Kemudian ada seorang anak sekolah menengah pertama yang berkata kepada temannya: “Kita jangan membuang lagi, anak yang begitu kecil saja memungut sampah.”


Di dalam hati anak-anak akan merasa ternyata setiap tutur kata dan perilaku saya dapat mempengaruhi masyarakat. Sehingga penentuan kedudukan anak adalah “Xué wéi rén shī, xíng wéi shì fàn/ 学为人师,行为世范belajar untuk menjadi guru yang baik, bertindak sebagai seorang yang teladan”. Dan tekad yang ditetapkan telah benar, maka kehidupan ini barulah tidak akan sia-sia.Dalam pembelajaran selain menegakkan tekad, masih ada sebuah perilaku lain yang sangat penting, yang disebut “Xué guì lìxíng/学贵力行/berharganya pembelajaran ada pada tindakan”. Kita mempelajari satu kalimat dari ajaran budi pekerti, maka harus melakukan satu kalimat, yang disebut setelah dipahami harus segera dilakukan. Dengan seperti ini moralitas dan pengetahuan barulah dapat ditingkatkan.Pada dinasti Táng/唐, ada seorang biksu senior yang bernama Niǎo kē/鸟窠. Penyair dinasti Táng/唐 yang bernama Bái jū yì/白居易ingin belajar Dharma di usia tua. Dia berharap dapat mendekati orang yang mulia seperti ini, untuk meningkatkan pengetahuan sendiri. Saat dia bertemu dengan seorang guru Zen, Niǎo kē chán shī /鸟窠禅师, maka mulai meminta dia mengajarkan bagaimana mempelajari Dharma.


Sebenarnya “Buddha Fó/佛” di India disebut “Buddhaya Fó tuó yé/佛陀耶”. Orang Tionghoa menyukai kata yang singkat langsung mengubahnya menjadi sebuah tulisan “Buddha Fó/佛”.“Buddha Fó/佛” dijelaskan dengan menggunakan bahasa Mandarin, maka merupakan orang yang sadar dan orang yang berkebijaksanaan. Lebih jelasnya lagi, disebut orang yang memahami, mengerti akan nilai kebenaran. Jadi, mempelajari Dharma adalah belajar untuk menjadi seseorang yang bijaksana.Guru Zen, Niǎo kē chán shī/鸟窠禅师, berkata kepada Bái jū yì/白居易, “Zhū è mò zuò, zhòng shàn fèng xíng / 诸恶莫作,众善奉行 / Mempelajari Dharma Fó/佛 harus semua hal yang jahat jangan dilakukan, semua hal yang baik harus diterapkan.” Setelah Bái jū yì / 白居易 mendengarnya, tertawa terbahak-bahak, mengatakan anak yang berusia 3 tahun saja mengetahuinya.


Teman-teman sekalian, apakah kamu mengetahuinya saat usia kamu 3 tahun? (Jawab: tidak tahu). Dulunya mengajarkan baik dan jahat menjadi orang bukanlah di sekolah, di rumah sudah diajarkan. Sehingga sesungguhnya yang dikatakan Bái jū yì/白居易 tidaklah salah, anak usia 3 tahun sudah mengetahuinya.Guru Zen, Niǎo kē chán shī/鸟窠禅师, berkata lagi, orang tua yang berusia 80 tahun juga tidak dapat menerapkannya. Sehingga inti dan kunci pengetahuan ajaran moralitas, bukanlah pada berapa banyak yang telah kamu baca, melainkan pada berapa banyak yang telah kamu lakukan. Kita sendiri belajar, dan juga membimbing anak untuk mempelajari ajaran orang mulia, pasti harus menegakkan perilaku yang benar.15 Maret pada tahun itu, Guru Cai sampai di Shēn zhèn/深圳, memberikan sebuah pelajaran pada guru dan orangtua setempat. Keesokan harinya, para guru meminta Guru Cai untuk memberikan sebuah pelajaran kepada anak-anak TK. Guru Cai memberi mereka pelajaran《Dì zǐ guī/弟子规》.


Setelah Guru Cai masuk, maka berkata: “Murid-murid sekalian, kita hari ini mempelajari《Dì zǐ guī/弟子规》.” Anak-anak dengan serentak menjawab: “Guru, kita sudah pernah mempelajarinya, sudah bisa menghafalnya.”Teman-teman sekalian, dengan belajar《Dì zǐ guī/弟子规》apa yang telah didapatkan oleh anak? Anak-anak ini merasa, sejak awal ajaran itu telah di hafal, dan sudah bisa. Hal itu telah menjadikan mereka sombong, bukanlah rendah hati. Sehingga bimbingan guru sejak awal, sangatlah penting terhadap anak.Kemudian Guru Cai menuliskan sebuah kata di atas papan tulis, “Dào dé de dào/道德的道/moralitas”. Guru Cai berkata: “Anak-anak sekalian, budaya tradisional sangatlah mendalam. Tulisan Mandarin adalah satu-satunya tulisan di dunia yang dapat menunjukkan filsafat hidup dan kebijaksanaan manusia. Kata 道/dào bagian bawahnya adalah karakter Zǒu/走/辶, ditambah dengan sebuah karakter Shǒ/首 dari kata 首先/Shǒu xiān yang artinya pertama. Tulisan ini memberitahukan kita, orang yang benar-benar memiliki moralitas, pertama-tama dapat mempraktekkannya. Orang yang terlebih dahulu dapat mengamalkannya, barulah orang yang bermoralitas. Sehingga kita mempelajari《Dì zǐ guī/弟子规》adalah agar dapat menjadi orang bermoralitas.”


Teman sekolah sekalian, perkataan《Dì zǐ guī/弟子规》mana yang telah kamu laksanakan? Semula kepala mereka terangkat dengan sangat tinggi, namun setelah mendengarnya, tiba-tiba menundukkan kepala. Bila orangtua menegur kita, harus menurut dan menerima apa adanya. Jika semalam baru saja beradu mulut dengan ibu, jadi segera saja mulai menginstropeksi diri.Selanjutnya kalimat-kalimat di dalam《Dì zǐ guī/弟子规》, memberitahukan kepada mereka bagaimana mempraktekan satu demi satu kalimat di dalam kehidupan keluarga. Di antaranya ada seorang anak yang pulang, kata pertama pada buku hariannya di hari itu adalah “Hari ini Guru Cai memberikan pelajaran kepada kami. Guru Cai berkata《Dì zǐ guī /弟子规》adalah untuk dilaksanakan, bukan hanya dihafal saja”.


Teman-teman sekalian, anak ini dapat menulis di buku hariannya, menjelaskan kesannya sangat mendalam. Kesannya ini kemungkinan akan mempengaruhi seumur hidupnya. Dalam pendidikan ada 3 kata yang nyata, yaitu “Shèn yú shǐ/慎于始”. Saat dia mulai menuntut ilmu, sudah mulai mementingkan pelaksanakannya, keahliannya pasti akan tidak sama dengan orang lain. Ada anak lain yang setelah belajar, setelah pulang juga sangat serius, keesokan harinya berdiri di depan pintu kamar, menunggu orangtuanya keluar. Setelah orangtuanya keluar, dia membungkuk dan memberi hormat pada orangtua dan berkata: “Selamat pagi ayah dan ibu, apakah semalam tidur dengan nyenyak?”Ayah dan ibunya terkejut. Segera menelepon ke sekolah TK-nya, dan bertanya: “Kemarin ada kejadian apa? Mengapa anak saya hari ini dapat memberi salam dan menanyakan kabar pada kami?”Barulah guru menjawab, kemarin membicarakan “Chén zé xing , hūn zé dìng/晨則省, 昏則定 / salam ayah bunda di pagi hari, beri beliau ketenangan di malam hari”. Jadi sesungguhnya mudahkah anak diajari? Sangat mudah, hanya saja kita tidak mengajarinya.Ada seorang anak di Shàn tóu/ 汕头, baru berusia 7 tahun, mempelajari 《Dì zǐ guī/弟子规》selama 1 atau 2 bulan. Suatu saat dalam berdiskusi, perkataan pertama yang diucapkan olehnya: “Setelah saya mempelajari 《Dì zǐ guī/弟子规》barulah mengetahui bahwa menjadi orang haruslah berbakti”.


Teman-teman sekalian, perkataan ini sangat berkesan, ternyata harus berbakti. Orang tidak belajar tidak mengetahui, orang tidak belajar tidak tahu maknanya. Sehingga banyak sekali orangtua sekarang yang sangat marah, bagaimana anak ini begitu tidak pengertian, sampai hal ini saja tidak mengerti! Dia sungguh tidak mengerti apapun, karena tidak ada orang yang mengajari. Jadi kita harus mengerti, prinsip kebenaran yang mana yang harus segera diajarkan.Kamu lihatlah anak ini, kamu berkata padanya, “Chén zé xing, hūn zé dìng/ 晨則省,昏則定/ Salam ayah bunda di pagi hari, beri beliau ketenangan di malam hari.” Keesokan hari dia sudah melaksanakannya. Dan orangtua ini mengerti untuk segera menelepon ke sekolah. Tindakkannya membuktikan dia sangat memperhatikan perkembangan anak. Dia memahami untuk mengajari anak dengan baik.


Kerja sama antara orangtua dan guru sangatlah penting, jadi orangtua ini sangat menanggapi pendidikan anaknya. Andai kata bila dia merasa sangat aneh, kemudian membelai kepala putrinya dan berkata: “Putriku, apakah hari ini kamu demam, mengapa begitu sopan?” Bila berbuat seperti ini, kemungkinan akan menghapuskan rasa berbakti dan kemauan belajar anak. Jadi, saat anak kamu telah mempelajari《Dì zǐ guī /弟子规》, setelah pulang membantu kamu membawakan air cucian kaki, bagaimana kamu seharusnya? Kamu tidak boleh berkata: “Tidak perlu begitu repot, bagaimana bila nanti kamu terluka oleh uap panasnya?” Sebab jika demikian, kesempatan belajarnya sudah dipatahkan olehmu. Sehingga kita sebagai orangtua harus mengerti untuk bekerja sama dengan guru, harus mengerti untuk membantu anak menumbuhkan rasa bakti, hingga tercapai perilaku moralitas anak.


Ada seorang ibu yang mengatakan: “Anak saya begitu kecil, bila saat itu dia menjatuhkan airnya bagaimana?” Guru Cai berkata padanya, “Bila dijatuhkan lebih bagus lagi.”Dia menjadi heran dan bertanya-tanya, mengapa dijatuhkan lebih bagus? Karena bila dijatuhkannya, selain kamu telah membantu dia mencapai rasa berbaktinya, kamu juga berkesempatan untuk berkata padanya: “Anakku, niat kamu ini, ibu sangatlah terharu, begitu kecil sudah dapat melakukan bakti. Tetapi hari ini kita harus memikirkan sejenak, mengapa kamu bisa menjatuhkan airnya, pasti karena kedua tanganmu tidak memegang dengan seimbang. Lain kali pegang dengan seimbang maka tidak akan tertumpah. Mari, kita bersihkan bersama-sama.”Bersamaan kamu dapat mengajarinya bagaimana mengambil barang, juga mengajari dia bagaimana mengatasi situasi tak terduga, dan menyelesaikan hal tersebut sampai tuntas. Jadi, kita sebagai orangtua jangan terlalu banyak kekhawatiran, juga jangan tidak tega merelakan. Karena dengan membiarkan anak banyak melakukan sesuatu, barulah dia dapat banyak belajar dan memahami.


 
 
 

Copyright @ DiziguiMedan

2017

bottom of page