top of page

EPISODE 5 BAGIAN PERTAMA

Teman-teman sekalian, apa kabar! Di pelajaran sebelumnya kita ada menyebutkan dua buah tiang utama yang sangat penting di dalam keluarga, yang pertama adalah keuangan, yaitu kehidupan materi. Kedua adalah semangat kehidupan, yaitu pendidikan anak. Kita juga menyebutkan kondisi keluarga sekarang adalah suami istri sama-sama mencari nafkah, kebanyakan anak-anak ditinggalkan di kelas penitipan anak, atau ditinggalkan dengan pembantu, ditinggalkan dan dibesarkan kakek dan nenek. Dimanakah dapat mengetahui kebijaksanaan hidup manusia? Di saat menentukan pikiran, ada pengorbanan barulah ada penerimaan. Berpenghasilan lebih sedikit, tetapi lebih banyak waktu untuk mendidik anak, ataukah mencari lebih banyak uang dan mengabaikan pendidikan anak, hasil yang diperoleh pastilah tidak akan sama. Kita lihatlah generasi sebelumnya. Marilah kita bandingkan orang yang berusia 50 atau 60 tahun, dengan generasi kita ini, yang berusia 20 atau 30 tahun. Generasi sebelumnya sangat bertanggung jawab, sangat berbakti pada orangtua. Bagaimana dengan generasi kita sekarang ini? Apakah mengalami kemajuan atau kemunduran? Kemunduran. Yang ber-uang adalah generasi sebelumnya atau generasi kita ini? Generasi kita ini. Mengapa setelah ber-uang, perilaku manusia mengalami kemunduran? Jadi dengan ber-uang belum tentu dapat menyelesaikan masalah.


Generasi ayah Guru Cai sebenarnya sangat miskin, karena sangat miskin, kehidupan sangatlah kekurangan, sehingga sangat berhemat. Teringat saat kecil saat sedang makan, sisa sayuran selalu ayah dan ibu yang makan, karena mereka telah terbiasa untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Yang pertama menumbuhkan kebiasaan berhemat; yang kedua, kehidupan semakin susah, maka manusia semakin mengerti untuk berterima kasih kepada orangtua, mencintai dan menyayangi saudara-saudara. Sehingga generasi ayah Guru Cai, mereka belajar bukanlah didesak oleh orangtua, melainkan keinisiatifan sendiri. Karena berharap melalui pengetahuan akan ada keberhasilan sendiri, yang nantinya dapat membuat orangtua melewati hari-hari yang lebih baik.

Kamu lihatlah kehidupan yang miskin serta kendala dalam hidup, membuat seseorang lebih bertekad, lebih ada rasa berbakti. Jadi terhadap kemiskinanlah kita harus berterima kasih kepadanya.


Generasi kita sekarang ini karena kehidupan sejak kecil taraf hidupnya sangat tinggi, ingin apa maka bisa dapat apa, sehingga terbiasa boros, terbiasa menghabiskan uang. Lalu tidak mengerti ajaran berbakti, juga tidak ada pelatihan dalam hidup serta tanggung jawab. Bukan hanya menghabiskan uang yang didapatkannya sendiri, tetapi juga uang siapa lagi yang akan dihabiskan? Uang orangtua. Banyak sekali anak muda yang suka menghamburkan uang dan menikmati sampai sejauh mana? Setelah gaji satu bulan diambil, segera pergi ber-shopping! Kebanyakkan gaji satu bulan akan habis di awal tanggal 15, bagaimana melewatinya? Hari-hari berikutnya membeli mie instant dan secara perlahan makan sebungkus-sebungkus. Akhirnya tidak dapat bertahan lagi, pulang untuk mencari ayahnya, berkata: “Ayah, saya tidak mempunyai uang lagi.”


Ayahnya sangat marah, dan berkata: “Sudahku beritahukan padamu untuk tidak sembarangan menghamburkan uang, kamu tidak mau dengar. Sini, mau berapa banyak?” Tetap diberikan padanya. Jadi taraf hidup yang tinggi, belum tentu dapat memberikan perilaku kehidupan yang benar kepada anak. Pendirian dinasti Hàn/汉, Liú bāng/刘邦menaklukkan dunia dan membagikan tanah pribadi kepada lebih seratus orang pahlawan yang berjasa. Semua memiliki tanah, memberikan mereka banyak sekali ladang dan rumah. Setelah seratus tahun berlalu, sejarahwan dinasti Hàn/ 汉 tiba-tiba berpikir: “Saya coba pergi cari tahu, generasi penerus pahlawan tersebut, setelah seratus tahun kondisinya bagaimana.” Hasilnya sangat mengejutkan sejarahwan ini. Keturunan dari seratus pahlawan tersebut, pada dasarnya telah mengalami kemerosotan. Banyak sekali yang sudah mengemis dijalanan. Hanya ada beberapa dari keturunan mereka yang kondisinya lebih baik, diantaranya ada seorang yang bernama Xiāo hé/ 萧何. Pada awalnya saat pembagian tanah, Xiāo hé/ 萧何 meminta sebidang tanah yang sangat tandus. Karena tanah yang tandus, bila kamu tidak menanam maka tidak ada nasi untuk dimakan. Xiāo hé/ 萧何mempunyai pemikiran yang mendalam dan pertimbangan yang jauh, berharap anaknya nanti dapat mengerti untuk bekerja keras dan berhemat. Sedangkan orang-orang yang mendapatkan bagian tanah yang sangat bagus, keturunannya suka makan enak dan malas bekerja. Lagi pula tanah yang bagus kamu menyukainya, orang lain juga menyukainya, akan menyebabkan banyak orang mengincarnya. Sī mǎ guāng/ 司马光pernah berkata, “Meninggalkan uang untuk keturunan, keturunan belum tentu dapat menjaganya. Mewariskan buku kepada keturunan, keturunan belum tentu dapat membacanya. Lebih baik mewariskan kebaikan yang tidak kentara, sebagai strategi jangka panjang untuk keturunan-keturunan”.


Dalam buku《Yì jīng / 易经》juga ada sebuah pengajaran yang sangat penting, “Jī shàn zhī jiā, bì yǒu yú qìng / 积善之家,必有余庆/keluarga yang membina kebajikan, pasti akan banyak keberuntungan”. Kebajikan yang dilakukan secara tidak kentara pasti dapat melindungi keturunan. Sekarang kebajikan yang tidak kentara bukan hanya dapat melindungi keturunan berikutnya. Saat kita sedang melakukan kebajikan, saat diri kita sedang menegakkan dan menjalankan moralitas, telah memberikan pengajaran teladan yang paling baik kepada keturunan berikutnya. Generasi ayah Guru Cai itu karena kehidupannya lebih susah, ada lima orang bersaudara, dalam belajar mereka tidak perlu didorong orangtua. Hubungan persaudaraan juga sangat harmonis. Jadi asalkan hidup dapat terlewati dengan sebaik-baiknya/selayaknya dan meningkatkan kebijaksanaan dan semangat kehidupan anak, maka masih bisa mengelola keluarga dengan baik. Kemudian kita melihat lagi, apakah satu orang yang mencari uang maka penghasilan yang didapatkan akan lebih sedikit? Apakah dua orang yang mencari uang maka penghasilannya akan lebih banyak? Banyak sekali suami istri yang bersama-sama mencari uang, tetapi uang yang tersisa juga tidak banyak.


Kita harus memahami dari manakah sumber kekayaan yang sebenarnya? Kehidupan manusia yang bagaimana barulah bisa mendapatkan kekayaan? Teori ini haruslah diperjelas, bila tidak kemungkinan kamu seumur hidup mencari uang, tetapi dalam seumur hidup uang yang tersisa juga tidak banyak. Dewa rejeki Tionghoa zaman dulu adalah Fàn lí/ 范蠡, nama umumnya Táo zhū gōng/ 陶朱公, beliau adalah orang pada masa peperangan Chūn qiū/ 春秋. Fàn lí/ 范蠡 dengan Wén zhòng/ 文仲 mengabdi kepada raja Gōu Jiàn/ 勾践, dari Yuè/ 越, negara kembali bangkrut. Kemudian Fàn lí/ 范蠡 berkata kepada Wén zhòng/ 文仲, raja Gōu Jiàn/ 勾践, bahwa susah di pikul bersama, tetapi tidak dapat diajak menanggung kekayaan. Fàn lí/ 范蠡 sangat berkemampuan menilai orang, sehingga kemampuan menilai orang sangatlah penting. Tidak mampu menilai orang kemungkinan seumur hidupnya akan mendapatkan pengaruh yang sangat buruk.


Wén zhòng/文仲tidak berkemampuan menilai orang. Dia melihat kemampuan kekayaan sudah menghampiri, tidak rela untuk melepaskan. Kemudian raja Gōu Jiàn/ 勾践 dari Yuè/ 越 memerintahkan Wén zhòng/ 文仲 untuk bunuh diri. Fàn lí/ 范蠡 menggantikan identitas dan mulai berbisnis, mulai dari berbisnis kecil. Dikerjakan tidak berapa lama, mendapatkan keuntungan besar. Fàn lí/ 范蠡 segera menyumbangkan semua harta-hartanya ini. Setelah beberapa tahun dia mendapat kekayaan lagi, dia menyumbangkan lagi semua uangnya pada orang-orang miskin dan mereka yang kesulitan. Setelah itu barulah memulai kembali dari bisnis yang kecil. Sejarah mencatatnya “Sān jù cái, sān sàn cái/ 三聚财,三散财 /tiga kali menghimpun kekayaan, tiga kali menyebarkan kekayaan”.


Jadi, mengapa orang dapat mempunyai kekayaan? Alasan yang sebenarnya ada pada saat dia mengerti menyumbangkan kekayaannya . Cara kerja Fàn lí/ 范蠡yang seperti ini juga adalah bersungguh-sungguh mengikuti pengajaran filosofi hidup luhur. Di dalam buku《Dàxué/ 大学》ada disebutkan “Cái sàn zé rén jù/ 财散则人聚 /ketika kekayaan tersebar, maka orang akan berkumpul”. Saat kita menyebarkan kekayaan kita keluar, apa yang datang terkumpulkan? Cinta kasih semua orang terhadapmu, juga akan menghormati kamu, hati manusia tertuju kepadamu. Tidak peduli kamu melakukan bisnis apa, mereka semua ingin datang membeli, ingin mendukung kamu, karena yang kamu menangkan adalah hati manusia. Harta yang disumbangkan keluar bukanlah berarti tidak ada lagi, bukanlah tidak terlihat berarti tidak ada, asalkan bertemu dengan jodoh pasti akan terjadi. Jadi kita harus menganalisa, harta kekayaan ada sebab dan ada jodoh barulah dapat mempunyai hasil.


“Sebab Yīn/ 因” adalah pada memberi/menderma uang. “Jodoh/ Yuán/ 缘” ditambah dengan ketekunan dan usahamu, ditambah dengan bantuan orang-orang terhormat, ditambah dengan kesempatan telah datang, dengan sendirinya akan membentuk “hasil/ Guǒ/ 果” dari kekayaan. Jadi, mengelolah kekayaan keluarga, pasti harus mengatur sesuai dengan kebenaran dan hukum. Jika tidak maka ketekunan dan usahamu seumur hidup mungkin akan sia-sia. Setelah kakak Guru Cai hamil, beliau mengundurkan diri dari pekerjaan. Banyak sekali saudara dan teman merasa sangat disayangkan, sampai mertua perempuannya juga sering berkata padanya: “Kamu pergi bekerja, saya bantu kamu menjaga anak.” Setelah dia mengundurkan diri dari pekerjaan dia menunggu kelahiran di rumah, kemudian anaknya juga diasuh sendiri. Setelah kakak Guru Cai mengundurkan diri dari pekerjaan, kakak ipar Guru Cai seorang diri yang mencari uang. Tetapi uang yang didapatkan kakak iparnya semakin lama semakin banyak. Mengapa bisa semakin lama semakin banyak? Uang yang diberikan kakak iparnya kepada kakak Guru Cai, kakak Guru Cai mengatakan: “Saya satu orang di rumah mengasuh anak juga jarang memakai uang itu, maka sering kali memberikannya kepada Guru Cai, dan mengatakan: Kamu bantu saya sumbangkan mencetak buku agama, dan membuat kebajikan.”


Kakak Guru Cai mengerti membantu suaminya untuk berderma, maka suaminya berpenghasilan semakin lama semakin banyak. Suatu saat ketika mereka berdua pergi belanja bersama-sama, kebetulan hari itu adalah peresmian supermarket, maka boleh ikut undian, hadiah utamanya adalah satu unit mobil. Kakak Guru Cai juga mengikuti pengundian. Berselang tidak berapa lama, pihak supermarket menelepon dan berkata: “Nona Cai, kamu mendapatkan satu unit mobil.”

Jadi mengerti untuk memberi, “Mìng li yǒu shí zhōng xū yǒu/ 命里有时终须有 /dalam nasibmu pada akhirnya pasti akan ada juga”. Bukanlah banyak orang yang bersama-sama mencari uang maka akan berpenghasilan lebih banyak. Kamu harus mengerti sebab dari menamam bibit kebaikan dalam menyumbang. Banyak sekali teman berkata: ”Saya tidaklah ber-uang, bagaimana menanam bibit kebaikan dalam menyumbang?” Tentunya kekayaan ini bukan hanya menunjuk pada uang saja, memberi kekayaan termasuk “Nèi cái/ 内财 /kekayaan dalam” dan “ Wài cái/ 外 财 /kekayaan luar”. Kita bekerja dengan sangat tekun, ini adalah kekayaan dalam, tenaga kerja, dan juga pengalaman kamu dan kebijaksanaan kamu. Ini semua termasuk pemberian kekayaan dalam. Sedangkan kekayaan luar barulah uang dan materi. Ini semua dapat membina pemberian kekayaan. Pemberian kekayaan itu apakah menyumbang semakin banyak maka berlian akan semakin besar? Belum tentu!


Guru Cai pernah melihat sebuah laporan, ada sepasang petani yang sudah berusia lanjut. Seumur hidupnya menabung sejumlah uang. Kebetulan di daerah sekitar rumah mereka sedang dibangun rumah sakit, merupakan rumah sakit yang sangat baik. Pasangan tersebut lalu menyumbangkan uang yang mereka tabung seumur hidup untuk membeli satu unit mobil ambulans. Dibandingkan dengan pengusaha besar yang menyumbangkan ratusan ribu, mereka juga menyumbangkan ratusan ribu, balasan kebahagiaan siapa yang besar? Petani itu memberikan simpanan seumur hidupnya. Rasa cinta mereka itu dapat menciptakan kebahagiaan berapa banyak orang? Lalu ratusan ribu milik pengusaha baginya hanya hal yang sepele saja. Jadi ladang kebahagiaan bergantung pada pengharapan hati. Kebahagiaan juga tumbuh/muncul dari hati, saat kita dapat dengan sepenuh hati dan tenaga untuk memberi, tidak peduli uang yang seberapa banyak juga dapat menanamkan kebahagiaan yang tak terbatas. Di zaman dulu ada seorang wanita, melewati sebuah kuil. Setelah dia masuk, dia membungkuk dengan sangat hormat. Tetapi dirinya hanya memiliki dua sen, maka dia menyumbangkan seluruhnya. Setelah biksu Fāng zhàng/方丈 melihatnya, sangat tersentuh. Dia sendiri yang keluar untuk membantu dia mendoakan kebahagiaan serta melimpahkan jasa untuknya.


bottom of page