top of page

EPISODE 2 BAGIAN KEDUA

Teman-teman sekalian, di dalam memilih ada sebuah pilihan yang sangat penting yaitu memilih pemikiran dan memahami pemikiran tersebut, itulah yang disebut dengan memilih pikiran. Mengapa pemikiran dan pemahaman begitu penting? Pemikiran menentukan perilaku kamu, perilaku menentukan kebiasaan kamu, kebiasaan akan membentuk karakter seseorang, dan karakter menentukan nasib seseorang. Sehingga apakah seseorang dapat bahagia, dapat dilihat dari mana? Pemikiran!Guru Cai akan sering bertanya pada temannya: “Apakah kamu keturunan orang yang berbudi luhur?” Bila seorang anak sejak kecil tumbuh besar di Amerika, kedua orangtuanya adalah orang timur. Setelah dewasa kita dapat menjamin darahnya pasti adalah darah timur. Bagaimana dengan pemikirannya? Yang penting itu pemikiran ataukah darah? Darah tidak akan mempengaruhi kehidupan kamu, pemikiran dapat mempengaruhi setiap tutur kata dan perilaku kamu. Jadi, untuk menjadi manusia harus menitikberatkan hakikatnya, tidak boleh menitikberatkan pada bentuknya.


Sekarang ini marilah kita mengamati, apakah pemikiran kita adalah pemikiran keturunan orang yang berbudi luhur. Masyarakat sekarang ini, di antara manusia akan sering terjadi konflik, konflik antara ayah dan anak, konflik antara saudara, konflik antara suami dan istri. Banyak sekali pengadilan yang semakin dibangun semakin besar, mengapa? Konflik berubah menjadi banyak, mereka tidak sanggup menanganinya.Organisasi dengan organisasi juga sama. Kita lihat ada banyak sekali organisasi yang saling menyerang, saling mengkritik. Bagaimana antara negara dengan negara? Hari ini membuka dan membaca koran, bila kamu tidak melihat adanya peperangan, kamu akan merasa sangat terhibur. Hampir setiap hari selalu ada terjadi peperangan. Teman-teman sekalian, konflik-konflik ini adalah akibat. Kita setiap hari melihat akibat-akibat ini akan mengeluh, apakah berguna? Tidak berguna.


Seluruh dunia sama seperti satu hektar tanah, padi yang sekarang tumbuh semuanya bengkok dan tidak lurus. Apakah kamu mau marah besar dengan padi-padi ini? Setelah marah untuk waktu yang lama, apakah dia ada tumbuh dengan baik? Tidak tumbuh dengan baik, kemungkinan setelah dimarahi, dia langsung mati.Orang yang sadar akan takut dengan akibat, orang yang sadar akan menemukan penyebabnya, orang yang bingung hanya akan takut akibatnya. Sehingga saat kita khawatir kondisi badan saya akan tidak baik, khawatir nantinya anak akan tidak berbakti, khawatir ini dan khawatir itu, tidak ada membantu sedikitpun.Kita harus menemukan sumber konflik antara manusia dengan manusia dan antara negara dengan negara, menangani dari akar masalah barulah dapat menyelesaikan masalah. Akar masalah akan terletak pada pemikiran, pemikiran manusia sekarang ini pada umumnya adalah mengutamakan diri sendiri. Mengutamakan diri sendiri yang pertama dipikirkan adalah siapa? Diri sendiri, sehingga dapat merugikan orang lain dan menguntungkan diri sendiri, saling bersaing. Persaingan lebih meningkat lagi akan berubah menjadi apa? Perjuangan. Perjuangan meningkat lagi, peperangan. Peperangan meningkat lagi, hari kiamat.


Teman-teman sekalian, sekarang ini kamu melihat peperangan, dapatkah berdiri di tengah dan mengatakan: “Jangan berperang lagi!” Dapatkah diselesaikan? Mengapa ada peperangan? Dimanakah sumbernya? Pemikiran dan sikap orang akan dikembangkan pada perilakunya. Menjadikan diri sendiri sebagai yang utama, sebenarnya adalah keegoisan.Teman-teman sekalian, sekarang ini kamu mendapatkan sebuah coklat yang sangat enak, siapakah orang yang pertama sekali kamu pikirkan? Dalam pelajaran kali ini Guru Cai mendapatkan tiga buah jawaban. Duduk di barisan depan ada seorang anak muda berusia 30 tahun , dia mengatakan “segera memakannya”, dia sangat jujur.Dua baris di belakang ada seorang perempuan 49 tahun, dia mengatakan “disimpan untuk anaknya”. Lebih belakang sedikit, ada seorang senior yang berusia 60 atau 70 tahun, dia mengatakan “sisihkan untuk orang tuanya”.


Teman-teman sekalian, yang mana yang mempunyai pembinaan kebudayaan? 30 tahunan atau 40 tahunan, ataukah 60 tahunan? 60 tahunan. Tetapi yang berusia 60 tahunan kemungkinan tidak mengenal tulisan, orang yang berusia 30 tahunan kemungkinan lulusan sekolah tinggi, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan tidak menunjukkan dia berkebudayaan, tidak menunjukkan dia semakin mengerti dalam menjadi orang.Guru Cai sering berkata kepada anak-anak, apakah lulusan sekolah tinggi berkebudayaan? Mereka segera mengatakan ada. Guru berkata tidak berbakti kepada orangtua, apakah berbudaya? Mereka mengatakan tidak. Guru mengatakan lulusan sekolah tinggi dan tidak berbakti kepada orangtua apakah berbudaya? Mereka tidak dapat menjawabnya.


Kebudayaan yang sebenarnya dan pembinaan moralitas dalam sekejap sudah dapat terlihat hasilnya. 30 tahunan, pemikiran yang pertama memikirkan diri sendiri, sehingga egois. 40 tahunan, memikirkan anak, benarkah? Manusia sekarang bersemangat, “benar!”. Seandainya kembali ke 200 tahun lalu, maka kamu jangan berkata seperti ini karena akan ditertawakan orang. Orang lain akan merasa kamu tidak bijaksana. Karena saat kamu mendapatkan makanan enak adalah diberikan kepada anak dulu, kamu telah memberikan contoh yang salah pada anak, dia akan berpikir siapa yang paling penting? Saya yang paling penting. Kamu telah menumbuhkan keegoisannya.Tetapi bila coklat ini kamu berikan kepada kakek dan nenek, anak yang di samping melihat kakek dan nenek tertawa begitu senangnya, dia akan sangat terharu, kamu telah memupuk ajaran sebagai seorang anak.Contoh kasus tadi, harus kita renungkan dengan baik. Bila kita sangat egois, maka bukanlah keturunan orang yang berbudi luhur. Keegoisan adalah kebanyakan terpengaruh kapitalisme (modal) dan uti-li-ta-ria-nis-me (manfaat & keuntungan).


Teman-teman sekalian, ada berapa banyak orang yang mendapatkan pengaruh uti-li-ta-ria-nis-me? Dan angkanya masih terus bertambah. Teman-teman sekalian, bila terus menerus menambah, apakah konflik masyarakat dapat terselesaikan? Tidak dapat. Ingin melakukan penyelesaian yang mendasar dari manakah menanganinya? Mulai dari pemikiran manusia.Kita sering mengatakan, peperangan mungkin tidak akan mengena pada diri saya. Hari kiamat juga belum tentu saya melihatnya. Apa pemikiran banyak orang terhadap hari kiamat? Merasa beberapa buah bom telah meledak, bumi telah hancur, disebut hari kiamat. Sebenarnya, hidup yang bagaikan mati semakin menderita. Kehidupan yang bagaimana yang akan membuat orang hidup bagaikan mati? Anak di luar melakukan bermacam-macam kejahatan, setiap hari orangtua akan khawatir dan ketakutan, sungguh hidup lebih menderita dari pada mati. Saat perbuatan moralitas telah semuanya merosot, maka hari kiamat yang sebenarnya telah tiba.


Di Sì chuān /四川, ada seorang anak yang berusia 13 tahun memasak nasi untuk ayahnya. Setelah ayahnya makan langsung mati mendadak. Keluarganya sangat miskin, tidak ada uang untuk memeriksa mayat, maka langsung dikubur. Setelah beberapa saat, anak itu memasak nasi untuk ibunya, setelah makan ibunya juga meninggal, dikuburkan bersama dengan ayahnya. Dia pergi menyembahyangi orangtuanya.Setelah selesai sembahyang dia sangat tidak sabaran, segera membuang nasi dan sayurnya ke dalam tong sampah. Setelah bibinya melihat, di dalam hatinya timbul pertanyaan: “Mengapa anak ini tidak ada sedikit rasa hormat pun terhadap orangtuanya?” Akhirnya anak ini berjalan mendekati dan bertanya: “Apakah ayah dan ibu saya ada membeli asuransi?” Mendengar itu bibinya merasa curiga, dan segera melapor polisi.Setelah pemeriksaan ternyata dialah yang telah membunuh orangtuanya. Mengapa? Nilai asuransinya itu baru sepuluh ribu, tidak banyak, namun dua nyawa sudah hilang. Mengapa dia mau mengambil uang asuransi? Karena mau membeli sebuah telepon genggam.


Teman-teman sekalian, kuatkah kekuatan nafsu keinginan? Kuat! Nafsu keinginan membuat kehilangan akal sehat. Jadi, apakah kita mengajari anak untuk menumbuhkan keinginannya, ataukah menumbuhkan perilaku moralitasnya? Perbedaannya akan sangat banyak. Bila kamu membimbing dan mengajari anak adalah agar dia mengerti akan ajaran berbakti, mengerti untuk melakukan tugasnya sendiri, maka belajar merupakan semacam tanggung jawab baginya. Dia merasa belajar adalah agar orangtuanya tidak khawatir, ini adalah menumbuhkan perilaku moralitasnya.Misalkan dia belajar dan kamu mengatakan, “Bila hari ini kamu mendapat tiga besar maka akan membawanya makan di Mc Donald.” Setelah di sekolah menengah pertama, bila dia mendapatkan juara tiga besar maka akan membelikannya satu unit kamera digital. Saat ujian masuk universitas, bila diterima, akan membelikannya satu unit komputer. Saat kita membimbing anak dengan seperti ini, adalah sedang menumbuhkan keinginannya. Dia tidak ada melihat kewajibanya, yang dia inginkan adalah keinginannya.Jadi ada seorang anak yang melakukan ujian masuk sekolah menegah atas, dan telah diterima, maka berkata kepada orangtuanya: “Ayah ibu, kalian harus membelikan saya beberapa buah baju yang mempunyai merek ternama.”Orangtuanya bertanya-tanya, mengapa berkata demikian? Dia berkata: “Karena saya telah mendapatkan beasiswa, maka kalian telah menghemat begitu banyak biaya.”Karena dia diterima, jadi orangtuanya tidak perlu membiayainya lagi. Sehingga dia merasa sangat berjasa, telah membantu orangtua menghemat begitu banyak uang. Maksud dia seharusnya orangtua memberikan balasan kepadanya, membantu dia membeli beberapa buah baju.


bottom of page