EPISODE 1 BAGIAN PERTAMA
- Lao Shi Erina Wongso
- Sep 22, 2017
- 6 min read
Teman-teman sekalian, apa kabar! Pembicaraan pelajaran kita kali ini adalah mengenai bagaimana kebahagiaan hidup manusia. Teman-teman sekalian, kebahagiaan adalah sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang. Setiap orang mengharapkan kebahagiaan, maka bagaimana membuat manusia hidup bahagia?
Kehidupan manusia telah berjalan selama puluhan tahun, apakah kamu merasa bahagia? Banyak sekali teman yang tertawa, tertawa itu adalah mempunyai perasaan bahagia. Apakah saat kamu tertidur sering kali terbangun dengan tertawa? (Jawaban: ada.) Adakah teman yang mau memberitahu, apakah alasan kamu terbangun dengan tertawa? Apakah dapat membuat kegembiraan ini semakin lama semakin banyak berada dalam kehidupan kamu? Bila kegembiraan semakin lama semakin banyak, kehidupan kita akan semakin lama semakin bahagia.
Hal-hal yang mana yang setiap kali kamu teringat akan merasa sangat suka dan sangat bahagia? Apakah ada teman yang mau berbagi sedikit mengenai perasaan bahagia kamu dengan semua? Hal yang baik harus berbagi dengan teman baik, memberi lebih bahagia dari menerima. Teman-teman yang berada di tempat duduk yang sebelumnya telah datang mendengar pelajaran, bahkan sekarang masih membawa teman yang paling baiknya ke sini. Saat kita membawa teman yang paling baik kemari, biarlah dia dalam bagian pelajaran ini mendapatkan pandangan penting untuk seumur hidupnya, bagaimana perasaan kamu? Sangat senang. Bila melalui pelajaran ini, dia mengetahui bagaimana mengajari anak dengan baik, agar anak mengerti akan ajaran berbakti, teman kamu ini akan terbangun dengan tersenyum di tengah malam.
Jadi teman-teman sekalian, kita pikir kembali, semua perasaan bahagia di dalam kehidupanmu, sesungguhnya pilihan yang sudah benar yang telah kamu pilih, seperti yang dikatakan hal yang paling sulit dalam kehidupan bukanlah perjuangan, melainkan sebuah pilihan. Teman-teman sekalian, dalam kehidupanmu pilihan yang mana yang sudah kamu pilih dengan benar? Setiap saat dalam kehidupan kita selalu membuat pilihan, apakah sekarang ada memilih?
Bila sekarang ini dalam hati berkata, “Hari ini sangat melelahkan, lebih baik saya tidur.” Jika kamu berbuat demikian dibanding dengan serius mendengarkan pelajaran hasilnya pastilah tidak sama. Seperti peribahasa mengatakan, “男怕入错行, 女怕嫁错郎/ Nán pà rù cuò xíng, nǚ pà jià cuò láng /Pria takut salah memilih pekerjaan, wanita takut menikah dengan pria yang salah.” Perkataan ini juga berhubungan dengan memilih. Pria takut salah memilih pekerjaan, sehingga harus memilih pekerjaan yang benar. Wanita takut menikah dengan pria yang salah, sehingga harus memilih suami yang benar. Sebenarnya kedua orang ini mempunyai satu kesamaan, yaitu kamu harus melihat orang dengan tepat. Kamu telah memilih pekerjaan yang benar, juga harus ikut dengan atasan yang benar, dia barulah dapat mempromosikan kamu, menyukseskan kamu, dan selanjutnya keluarga kamu juga akan sangat tentram.
Jadi, pentingkah memiliki kemampuan melihat orang? Sangat penting! Wanita menikah dengan suami yang salah apakah dapat bahagia? Sangat sulit. Sehingga harus memilih dengan benar, kehidupan manusia barulah dapat bahagia.
Di bagian mana lagi yang memerlukan pilihan dalam hidup? Pagi ini yang telah sarapan silakan angkat tangan! Tidak sedikit, baiklah silakan turunkan tangannya dulu. Yang tidak sarapan silakan angkat tangan juga! Ya (terima kasih) Ada beberapa teman yang sarapan. Teman-teman sekalian, bila tidak sarapan, tubuh kita telah menuju selangkah ke arah yang tidak baik.
Jika Kamu memilih dengan benar, badan akan sehat. Namun jika salah memilih, badan akan tidak sehat. Dengan badan yang tidak sehat, apakah kehidupan manusia akan bahagia? Tidak akan! Sehingga memilih makanan juga sangat penting. Nah begitu juga dalam memilih teman juga sangat penting, seperti yang dikatakan, “出外靠朋友/Chū wài kào péng yǒu / Di luar mengandalkan teman.” Orangtua mengkhawatirkan anaknya bergaul dengan teman yang salah. Begitu juga para istri saat ini, mengkhawatirkan suaminya bila bergaul dengan teman yang salah, istri pun makan tidak enak, tidur juga tidak nyenyak, orang tuanya juga akan sangat khawatir. Jadi, kamu harus membuat dia mengerti untuk memilih teman yang tepat. Kehidupan manusia seperti ini barulah bahagia dan keluarga pun bahagia.
Di dalam kehidupan manusia hal apa yang harus dikerjakan lebih dulu, hal apa yang akan dikerjakan nanti. Urutan awal dan akhir ini kita juga harus melakukan pilihan yang benar. Kita sering mengatakan, “至要莫若教子/ Zhì yào mò ruò jiào zǐ / Yang paling penting dalam hidup adalah mendidik anak.” Hal utama dalam kehidupan manusia adalah mengajarkan anak dengan benar. Bila kita tidak mengajarkan anak dengan benar, apakah hidup kamu ini akan bahagia? Ada berkah atau tidak, dan hidupnya bisa lega dan bebas? Seseorang pada usia pertengahan dan masa tuanya bergantung apakah anak memiliki pengertian dan berbakti.
Bila anak yang dibesarkan dan dididik tidak memiliki pengertian, apa yang akan terjadi dari sisa hidup kita? Sangat sulit untuk dilewati! Tidak tahu hari ini akan timbul masalah apa lagi untuk saya, sehingga saya harus menyelesaikan akhir masalah dengan menyedihkan.
Jadi meletakkan pendidikan anak pada posisi pertama, maka kamu telah memilih dengan benar. Bagaimana cara mendidik anak? Bagaimana mengarahkannya ke jalan yang benar? Yaitu memberi teladan dengan kelakuannya sendiri.
Saat Guru Cai melakukan seminar di Malaysia, guru bertanya pada orangtua murid, “Apa itu pendidikan?” Ada orang tua murid yang sangat jujur, dia mengatakan mendapat nilai seratus. Dia layak untuk diberi dukungan, karena sedikit pun tidak munafik, mengutarakan apa yang dipikirkan di dalam hatinya. Dalam mendidik murid, Guru Cai juga sangat mementingkan komunikasi dengan orang tua murid. Setiap kali berdiskusi dengan orang tua murid, Guru Cai akan bertanya, “Apakah anda merasa mendidik anak bertingkah laku, dan menangani sesuatu hal itu penting, ataukah lebih penting menaikkan nilainya dari 98 menjadi 100?”
Sejauh ini masih belum ada orang yang menjawab hal yang kedua. Kamu lihatlah apakah orangtua kita bijaksana? Ya, kelihatannya sangat berkebijaksanaan. Kebanyakan orangtua sekarang sedang melakukan pilihan yang pertama, ataukah yang kedua? (Pilihan kedua!) “Nilai ujian kamu kali ini berapa nak? berikan kepada mama dan papa!” Di dalam pikiran, semuanya adalah nilai dan nilai.
Para orang tua sekalian, kita harus memikirkan kembali, kita memberitahukan anak untuk menjadi orang harus mempunyai perkataan dan perbuatan yang sama. Kita tahu dengan jelas bahwa bertingkah laku dan menangani sesuatu hal itu sangat penting. Tetapi mengapa malah masih meletakkan nilai pelajaran sebagai hal utama? Mengapa bisa seperti ini? Sebenarnya ini tidak boleh menyalahkan orangtua murid, karena mereka masih belum memahami bertingkah laku dan menangani hal anak adalah berpengaruh sangat besar dalam kehidupan jangka panjang anak. Namun hanya pada nilai pelajaran, nilai 100 segera dapat terlihat, bahkan dapat dikeluarkan untuk dipamerkan, “Tiga, empat mata pelajaran anak saya semuanya bernilai 100.” Marilah Kita renungkan dengan tenang, hari ini kita mendidik anak melalui jalan yang mementingkan nilai tinggi, maka dia akan berjalan ke kehidupan yang bagaimana? Ketenaran.
Para orangtua sekalian, Guru Cai juga adalah seseorang yang dihasilkan dari doktrin menuntut ilmu. Guru Cai teringat saat di sekolah menengah pertama, hasil nilai ujiannya 98, sehingga membuat beliau menangis untuk waktu yang lama, mengapa? Karena saat itu akan diadakan pemilihan kelas unggulan, hanya dengan selisih dua angka, bila beliau tidak terpilih, bukankah hidupnya akan hancur? Kita lihatlah beliau baru saja berada di sekolah menengah pertama, rasa cemas akan untung rugi pribadi telah begitu parah! Seorang anak yang cemas akan untung rugi pribadi, apakah seumur hidupnya akan bahagia? Sering kali khawatir akan ini dan khawatir akan itu, hanya berkeinginan untuk menaikkan nilainya sendiri, menjatuhkan orang lain ke bawah. Seharusnya sejak awal dapat berpandangan luas seperti Fàn zhòng yān/范仲淹, “先天下之忧而忧后天下之乐而乐/ Xiān tiān xià zhī yōu ér yōu hòu tiān xià zhī lè ér lè/ Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Akhirnya karena doktrin tersebut, hanya terpikir untuk menjatuhkan orang lain.
Tetapi karena telah menjadi seorang kutu buku dalam jangka waktu yang panjang, kemampuan temannya untuk berhubungan dengan orang lain sangatlah buruk. Di saat membahas mengenai pengalaman kerja di masyarakat, dia akan gemetaran, dan berkata, “Mengapa manusia begitu mengerikan? Saya sangat takut berhubungan dengan mereka.”
Kita lihat, kemampuan berhubungan dengan orang lain sangat rendah, sama halnya pemikiran untuk memaafkan orang lain juga tidak terbentuk. Jadi, kehidupan teman beliau yang seperti ini kemungkinan besar tidak bahagia.
Marilah kita renungkan lagi, persentase kehilangan pekerjaan seseorang pada saat ini adalah berlatar belakang pendidikan apa? Sekarang yang tamatan sekolah menengah atas tidak akan kehilangan pekerjaan, mengapa? Karena dia rela mencuci piring dan menyapu, sehingga dia tidak akan kehilangan pekerjaan. Sebaliknya yang tamatan universitas dan para lulusan, merasa gajinya terlalu rendah, sehingga tidak ingin mengerjakannya.
Teman-teman sekalian, bila diizinkan Guru Cai akan bertanya, para sarjana, profesor ataupun lulusan lainnya, telah memberikan contoh tingkah laku apa terhadap anak-anak? Tidak dapat merunduk, sedangkan kehidupan manusia haruslah seperti “ilmu padi” yang semakin berisi semakin merunduk. Sekarang ini para lulusan universitas setiap tahunnya sangatlah banyak sekali, tetapi banyak sekali yang kehilangan ataupun sulit mendapatkan pekerjaan.
Dalam puluhan tahun sistem pendidikan telah menghasilkan banyak lulusan, setelah lulus orang tersebut juga tidak sesuai dengan yang diharapkan! Tetapi hadirin sekalian, bila teman kamu adalah pemilik usaha, atau pemimpin perusahaan, bahkan pemimpin otoritas publik, cobalah tanyakan padanya apakah ada anak muda sekarang yang berpotensi, dia akan memberitahukan kamu, “Tidak ada.” Mesin pendidikan terus berproduksi, hasilnya perusahaan merasa tidak menemukan orang berpotensi.
Saat Guru Cai mengenang kembali sekolah menengah atas, setiap kali menerima hasil ujian, beliau selalu ingin melihat nilai orang lain. Bila nilai orang lain lebih tinggi dari nilainya, di dalam hatinya akan terasa sangat tidak nyaman. Seperti seseorang yang memiliki hati yang picik, pola kehidupan yang seperti ini apakah akan bahagia? Kemudian setelah beliau lulus universitas, suatu hari di sebuah toko beliau berpapasan dengan teman sekolah menengah pertamanya. terlintas sejenak di benak beliau, temannya ini selalu juara pertama di kelas.
